Berita Terbaru

PNIB : Kunjungan JK ke Timur Tengah Berdampak Pendakwah Radikal Menyerbu Indonesia, Tolak dan Waspada


Foto:RadarCNNnews.my.id | Informasi:Tim


Nasional, RadarCNNnews.my.id - Kunjungan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ke Timur Tengah dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengagendakan kerjasama pendidikan dan dakwah mengejutkan banyak pihak. Bertemu dengan petinggi organisasi terorisme Hamas dan kelompok Taliban di Afghanistan melahirkan isu negative terkait toleransi kehidupan beragama di Indonesia. Hal tersebut diampaikan oleh Ketua Umum PNIB, Gus Wal menanggapi kunjungan Jusuf Kalla yang kontroversial tersebut.

Gara-gara JK ke Taliban dan Hamas, Indonesia jadi favorit destinasi para da’i provokator yang di negara asalnya pun juga kontroversial, bermasalah dan bahkan banyak yang menjadi buronan. Zakir Naik, Abu Taymiyyah penceramah Wahabi paling kontroversial akan datang ke Indonesia dan kita dipaksa menerima doktrin sesat paham Wahabi. Ini yang harus kita waspadai bahwa telah terjadi upaya massif mengimpor paham asing yang jelas bertentangan dengan pemahaman umat Islam yang sudah harmonis selama ini” ungkap Gus Wal. 

Zakir Nauk Dan Abu Taymiyyah adalah sosok penceramah yang sudah ditolak di berbagai negara karena paham sesat menghalalkan berzinah dengan ibu sendiri daripada berziarah ke makam Rosululloh saw, Menurut Gus Wal kedatangan Zakir Naik dan Abu Taymiyyah lebih banyak mudharotnya daripada kemanfaatannya.

Kunjungan JK ke negara dan tokoh penganut intoleransi dengan alasan kerja sama pendidikan dan dakwah sangat membahayakan kerukunan hidup beragama kita. Kita tidak pernah kekurangan pendakwah yang memahami Agama dengan nilai toleransi, mengapa malah mengimpor pendakwah yang sudah menyimpan rekam jejak kontroversi? Apa manfaatnya paham Wahabi Ustadz Abu Taymiyyah yang menghalalkan berzinah dengan ibu sendiri lebih baik daripada ziarah ke makam Rosul?” lanjut Gus Wal menyampaikan pertanyaan.

Gus Wal kembali mengingatkan pentingnya membentengi diri dari paham asing Wahabi dan Khilafah yang gencar dilakukan secara terang-terangan. Menolak mereka bukan tanpa alasan, karena kerukunan hidup beragama itu lebih penting daripada fanatisme faham secara berlebihan.

“Kita menolak kehadiran mereka bukan tanpa sebab. Membiarkan mereka masuk berdakwah sama halnya membiarkan kita diprovokasi paham yang jelas berbeda dengan yang sudah kita pahami. Pada akhirnya akan timbul perpecahan, saling membenci, intoleransi karena fanatisme yang berlebihan. PNIB konsisten menolak faham Wahabi, Khilafah, intoleransi, radikalisme dan terorisme dengan dalih apapun. Kerukunan hidup beragama itu lebih penting daripada saling menyalahkan perbedaan paham dan keyakinan. Saatnya Indonesia Setara, IndonesiaTanpaKoma. Kita negara mayoritas Muslim tetapi bukan negara Islam seperti yang dicita-citakan kelompok mereka” pungkas Gus Wal di akhir pernyataannya.(Red /mba bay)



Editor:Oji Baguss 

Previous
« Prev Post
Show comments
Hide comments

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *