Gresik/Wringinanom,RadarCNNNews.my.id - Maraknya modus penipuan yang mengatasnamakan agama dilakukan oleh seorang pria paruh baya sementara diketahui keturunan Tionghoa yang diduga melakukan tindak pidana penipuan serta pemerasan dengan modus ingin menjadi seorang Mualaf ( sebutan untuk orang yang baru masuk Islam atau orang yang sebelumnya beragama non-Muslim dan memutuskan untuk memeluk Islam ).
Miris! aksi licik pria paruh baya ini dilakukan di salah satu kalangan Pondok Pesantren International AL ILLIYIN, Desa Semberwaru, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik Jawa Timur.
Modus yang digunakan oleh pelaku ialah berpura-pura ingin menjadi mualaf serta dirinya mengaku tidak mempunyai tempat tinggal tetap ( T4 ).
Mirisnya lagi aksi bermodus penipuan berkedok sebagai mualaf ini sudah berjalan kurang lebih sekitar dua tahun. Pelaku yang juga narasumber ini diketahui bernama Handoyo Tirto Saputro alias koko (49 tahun) yang berdomisili di Jalan Dusun Ngaglik 43 Rt.14 / Rw.05, kapasari, kecamatan Genteng Surabaya ini berhasil diungkap oleh Tim dari MEDIA SUARA RAKYAT INDONESIA.
Bermula pelaku yang juga narasumber ini datang ke Kantor Redaksi di Jalan Candi Lontar Kidul blok 45 E no 15, kelurahan Lontar, kecamatan Sambikerep, Surabaya Jawa Timur. Selasa (14/01/2025) sekira pukul 17.00 WIB.
Handoyo alias koko menceritakan kronologi kejadian yang dialaminya selama berada di Pondok Pesantren tersebut.
Dari keterangan Handoyo alias koko kepada tim menceritakan kronologi kejadian bahwa pelaku ini mengaku sebagai seorang mualaf dan sedang menimba ilmu agama di sebuah Pondok pesantren serta diduga mendapat perlakuan tidak mengenakan dari beberapa oknum ponpes tersebut.
Sementara itu Pemimpin Redaksi ( Pemred ) Media Suara Rakyat Indonesia ( MSRI ) Slamet Pramono menuturkan, bahwa pada saat Handoyo datang ke kantor redaksi tidak menunjukkan bukti adanya dirinya selaku dugaan korban kekerasan berupa visum dan hanya menunjukkan bukti laporan saja dari pihak Polsek Wringinanom melalui handphone miliknya," ujar Pemred dengan sapaan akrab Bram.
Benar mas pelaku yang juga narasumber ini menceritakan kronologi kejadian dugaan tindakan kekerasan, namun saya merasa ganjal karena pelaku ini saat tanya identitas KTP serta bukti visum tidak dapat menunjukkan, dan dari fisik pelaku tidak terlihat adanya tanda-tanda dugaan tindakan kekerasan, keterangannya ini terkesan dibuat buat," jelasnya Bram.
Untuk memastikan kebenaran serta berimbangnya pemberitaan, kami tim investigasi dari awak Media serta LSM berkoordinasi dengan pihak Ponpes,Rabu (15/01/2025) sekira pukul 20.00 WIB.
Melalui Gus Irul selalu Ketua Yayasan Pondok Pesantren International AL ILLIYIN didampingi oleh Abi Vidarta selaku Pengasuh menuturkan kronologi kejadian kepada tim, bahwa kesalahpahaman antara santri ini sudah di mediasi kan secara kekeluargaan serta menempuh jalan damai. Namun, koko selaku yang bersangkutan sampai hari ini tidak bisa dihubungi dan terkesan menghindar.
Gus Irul menuturkan, bahwa Koko yang notabene keturunan Tionghoa ini datang sendiri Ponpes kami dan mengatakan dirinya ingin menjadi mualaf serta dibimbing menjadi santri.
Selama dua tahun Koko berada di Ponpes, kami selaku pengasuh beberapa kali mendapatkan laporan dari beberapa santri terkait ulah yang tidak baik dari Koko, namun pihak kami memaklumi dan memberikan teguran berupa lisan mengingat Koko ini adalah santri sekaligus mualaf yang sedang belajar menempa ilmu agama. Selama di Ponpes pun kami memfasilitasi Koko semua keperluan dan bahkan mendapatkan perlakuan istimewa,bahkan kerap meminta sejumlah uang serta mengambil barang yang bukan miliknya.
Koko ini karena sudah mualaf jadi sudah kami sunatkan kan mas, dirinya kerap meminta sejumlah uang untuk beli obat karena luka sunatan nya belum juga sembuh., setiap kami ajak untuk kontrol berobat Koko menolak. Bahkan saat kami ingin memeriksa luka sunatnya dirinya marah dan memilih untuk meminta sejumlah uang yang tidak sedikit dengan dalih akan membeli obat sendiri. " tutur Gus Irul"
Sementara itu pihak kami pun sudah ada kesepakatan dengan Koko untuk mediasi secara kekeluargaan dan siap bertanggung jawab untuk pengobatan Koko ini. Yang kami sesalkan Koko ini awal mulanya meminta uang pengobatan dirinya sebesar Rp. 500.000 ( lima ratus ribu rupiah ) saat menghubungi dirinya melalui sambungan telepon seluler namun berubah lagi menjadi Rp.7.000.000 ( tujuh juta rupiah ) dengan dalih membeli obat dari china, dan meminta Koko datang ke Ponpes untuk mengambil uang tersebut serta menandatangani surat perdamaian namun yang bersangkutan sampai sekarang tidak pernah hadir dan susah dihubungi, pihak kami pun siap diproses secara hukum apabila memang terbukti bersalah," ujar Gus Irul kepada tim ( LSM Wartawan-red ).
Hal itu juga dibenarkan oleh tim pada saat pelaku ini menceritakan kronologi kejadian kepada tim bahwa dirinya meminta uang damai sebesar Rp. 7000.000 ( tujuh juta rupiah ) untuk biaya pengobatan. Dan saat Koko ini dihubungi oleh tim melalui handphone miliknya tidak pernah menjawab, serta sampai saat ini tidak tahu keberadaan Koko.
Berdasarkan hasil investigasi tim di lokasi serta keterangan dari pihak Ponpes tim menduga bahwa Pelaku yang juga narasumber ini dengan sengaja akan melakukan aksi penipuan disertai pemerasan dengan dalih sebagai mualaf, mengingat banyaknya kasus-kasus yang sama yang saat ini terjadi di kalangan Ponpes serta merugikan dan mencoreng nama baik Pondo Pesantren AL ILLIYIN.
Kami tim awak Media beserta pihak Pondok Pesantren AL ILLIYIN sangat mengecam keras aksi Koko ini, mengingat bahwa Yayasan Pondok Pesantren adalah tempat ibadah sekaligus rumah bagi para Muslim untuk menempa ilmu. Sampai berita ini dinaikkan Koko masih belum bisa dikonfirmasi. (Red/Riawan)
Editor: Mas Oji